Akibat cuaca buruk,harga cabai melonjak
Target inflasi 2010 yang dipatok pemerintah dan Bank Indonesia kemungkinan besar bakal meleset. Semula pemerintah dan BI memperkirakan inflasi tahun ini sekitar 5 plus minus 1 persen.
Tetapi, Badan Pusat Statistik memperkirakan target inflasi sepanjang 2010 bakal tembus hingga 6,5 persen. "Inflasi ini di atas target BI sebesar 5 persen plus minus 1," kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Rabu, 29 Desember 2010.
BPS mencatat tingkat inflasi Januari-November 2010 sudah mencapai 5,98 persen dan year on year 6,33 persen. Bahkan, untuk November saja, laju inflasi telah mengejutkan bank sentral. Gubernur BI Darmin Nasution semula memperkirakan inflasi November di bawah 0,5 persen, ternyata malah 0,6 persen.
Pada bulan Desember, BPS memperkirakan inflasi bakal tinggi lantaran belanja masyarakat meningkat akibat libur Natal dan Tahun Baru. ""Desember hampir pasti akan ada inflasi dan biasanya cukup tinggi," kata Kepala BPS.
Faktanya, dalam beberapa bulan ini, harga bahan pangan memang menunjukkan kenaikan. BPS mencatat harga beras sudah melonjak sejak Oktober lalu dan menjadi pemicu utama inflasi. Pada November, beras menjadi penyumbang terbesar inflasi sebesar 0,12 persen dari 0,6 persen. Bahkan, pada bulan ini harga beras masih diperkirakan naik 6 persen.
Yang tak kalah penting adalah harga cabe. Harga cabe merah terus meroket dalam dua bulan terakhir. Tak mengherankan jika bulan lalu, harga cabe merah juga menyumbang kenaikan besar hingga 0,1 persen dari inflasi 0,6 persen.
Di beberapa kota, harga cabe melonjak signifikan hingga 100 persen. Di Bandung misalnya, harga cabe telah menyentuh Rp60 ribu per kilogram. Sedangkan, di kota lainnya ada yang menembus angka Rp80 ribu per kilogram.
Sesungguhnya, menurut Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi merupakan hal biasa. Sebab, cabe merupakan barang pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dan tidak bisa disimpan lama. "Cabe hanya tahan dua hari. Kalau musim hujan, produksi turun dan mudah busuk. Ini kasihan petaninya, baru senang sedikit sudah hujan."
Cuaca Ekstrem Selain musim liburan akhir tahun, cuaca ekstrem menjadi faktor utama pemicu kenaikan harga bahan pangan. Menurut Kepala BPS, anomali cuaca beberapa bulan ini telah berpengaruh pada kenaikan harga komoditas karena mengganggu hasil panen petani.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Sofjan Wanandi juga memperingatkan perubahan cuaca yang terjadi akhir-akhir ini telah menyebabkan gagal panen di mana-mana, termasuk Indonesia yang sepanjang tahun ini diguyur hujan. "Saya khawatir kalau stok kurang, harga beras bisa melonjak hingga Rp10 ribu per kilogram. Impor 1,2 juta ton saja belum bisa menurunkan harga beras."
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana mengakui faktor volatile food atau harga bahan makanan yang terus membumbung tinggi seperti beras dan cabe telah menjadi perhatian utama pemerintah.
"Ini lebih karena iklim yang tidak menentu. Faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah. Ini juga terjadi di negara lain," kata Armida. Dia juga memperingatkan soal harga minyak mentah dunia yang terus melonjak menuju US$100 per barel. "Ini juga akan mendorong inflasi dalam negeri."
Meski dihadapkan pada situasi yang di luar kendali, pemerintah akan tetap mengantisipasi sejumlah faktor tersebut. Misalnya menghadapi cuaca ekstrem, kata Wakil Mentan, pemerintah telah menyiapkan dua Instruksi Presiden serta anggaran khusus bagi petani apabila panen gagal total. "Kalau panen gagal total, pemerintah siap mengganti bibit dan pupuk."
Sofjan Wanandi memberikan saran penting bagi pemerintah. Menurut dia, pemerintah sebaiknya secepatnya mengimpor bahan makanan sebelum harga lebih tinggi untuk mengamankan pasokan. "Negara lain juga begitu. Lihat saja China, berapa banyak dia membeli kedelai. Tidak perlu gengsi."
Setelah itu, kata Sofjan, baru meningkatkan produksi. Pada musim tanam mendatang, pemerintah perlu memberi modal bagi petani untuk membeli bibit dan pupuk. "Jadi, mengamankan harga pangan perlu menjadi prioritas. Jangan lupa Soekarno dan Soeharto jatuh karena harga-harga melambung. Apa ini mesti terulang?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar